Desa itu sangatlah
asri, hamparan sawah menghijau di masa semi lepas panen bulan lalu.. kicauan
burung prenjak di dahan dahan pohan lamtoro berirama bahagia pagi hari ini, para
pendudukpun saling bertegur sapa kala bertemu di jalan menuju sawah ladang yang
mereka kerjakan..
Aaah sungguh pagi yang
indah….
Eits..!! sebentaar..
ternyata cerita ini tidak sampai disini saja..
Siapa sangka dalam
damainya desa yang indah itu ada seorang raksasa yang tengah tertidur pulas di
balik bukit. Dengkurnya keras memecah malam sunyi, meski mentari bersinar
diapun enggan untuk beranjak dari pembaringan kerasnya. Sungguh sungguh raksasa
pemalas.
Thok thok Ugel, itulah
nama raksasa pemalas itu.. kerjanya setiap hari hanyalah mendengkur.. dengan
gerak tidurnya yang menggetarkan tanah. Thok thok ugel sudah lama berdiam di
desa itu, tak seorang pendudukpun yang tau dari mana asalnya, semula penduduk
takut pada Thok thok ugel, orang-orang khawatir jika raksasa itu akan
menghancurkan desa, akan tetapi mereka juga ngeri untuk mengusirnya.
Namun ternyata thok
thok ugel bukanlah raksasa yang jahat, tidak pernah menganggu penduduk atau
menakut nakuti orang, hanya saja dia amat malaaaaaaassss sekali.. setiap hari
kerjanya hanyalah tidur di guanya di balik bukit mendengkur dengan keras dalam
pulas tidurnya. Ia hanya terbangun jika perutnya lapar, kemudian beranjak dari
pembaringannya menuju desa untuk meminta makan kepada penduduk..
Minggu pun berganti
bulan, thok thok ugel masih keras mendengkur dan tak kunjung bangun, padahal
biasanya seminggu sekali ia bangun dan mencari makan. Setalah lebih dari sebulan
pun ia terbangun dengan perut kosong sangaat lapar. Ia ingin segera turun ke desa
untuk makan sebanyak banyaknya.. ia lapar sekali
Sampai didesa ia pun
bertemu dengan seorang petani baik hati yang biasa memberinya makan
“wahai pak tani yang
baik hati.. perutku ini sungguh ingin di isi, aku melihat ladang cabaimu sedang
berbuah banyak sekali, bolehkah aku memakannya? ” pinta thok thok ugel
“oalah gel gel.. kamu
lapar toh.. ya sudah silahkan, makan saja secukupnya.. ingat jangan terlalu
banyak.. cabai itu bisa membuatmu kepedasan” jawab pak tani
“terima kasih pak
tani, aku akan ingat ingat” janji thok thok ugel
Karena sangat lapar,
raksasa itupun makan dengan lahapnya.. makan makan dan makan terus. Ia sudah
lupa dengan janjinya paka pak tani. Hampir separuh ladang besar dihabiskannya,
dia hanya ingin makan sampai puas. Tak lama kemudian bibirnya terasa panas
sekali, rasa pedas cabe itu mulai ia rasakan, thok thok ugel pun bingung bukan
kepalang.. mulutnya berasa terbakar.. ia pun loncat loncat gelagapan karena
pedas dan berlari mencari air.
“hadooooh panaaass…
air, dimana air?” teriaknya sambil menangis kepedasan
“di bendugan banyak
air gel, minumlah disana” jawab bu tani
"ah iya.. aku mau
minum…” jawabnya girang
“tapi jangan
dihabiskan gel, nanti bendungannya kering, tak ada lagi air buat sawah sawah penduduk”
teriak bu tani pada raksasa itu
Namun thok thok ugel
sudah berlari tanpa memperhatikan ucapan bu tani.
Sampai di bendungan,
ia seperti menemukan air di tengah gurun pasir.. dia minum banyak banyak dan
tak peduli dengan apapun. Hingga tanpa terasa air bendungan itu pun habis dan
kering. Air satu bendungan besarpun berpindah ke perut raksasa itu. Karena banyaknya
cabai yang ia makan tadi ditambah air satu bendungan yang ia minum, thok thok
ugelpun ambruk tak dapat berdiri. Perutnya besar berisi air dan cabai, dia hampir
pingsan kelenger kabanyakan makan dan minum. Para penduduk hanya bisa
geleng-geleng melihat tingkah pola thok thok ugel.
“Ooalaaah gel, sudah
di beri tahu tadi kok yo ndak manut.. ndak nurut, sekarang bagaimana kamu itu”
kata bu tani
Thok thok ugel pun sdh
tak berdaya untuk sekedar menjawab, ia hanya bisa mendengar dan menyesali perbuatannya..
Tak seberapa lama datanglah
seekor kepiting danau, dia berjalan mengelilingi thok thok ugel dan berhenti di
atasnya. Setelah itu kepiting itupun mencapit perut tho thol ugel yang buncit
sebesar bukit.
“Duaaarrrr…!!!!!!!”
perut thok thok ugel meledak melngeluarkan air bendungan seisinya, dan
tamatlah riwayat thok thok ugel
Semua penduduk hanya
bisa terdiam dan prihatin, sebagai pengingat atas sifat makhluk Tuhan yang
seharusnya bersyukur dan menikmati pemberianNya dengan sewajarnya dan tidak
berlebihan. Makan minum secukupnya, tidak rakus dan selalu berbagi kebaikan
dengan sesama..
(banyu pertiwi)
(banyu pertiwi)
Bagus fiksinya Rind...
BalasHapussemangat! terus berkarya. salam blogger!
trima kasih danang, baru sadar kalo ada comment :D
BalasHapusiya semangat!!! mari kita terus berkarya :D salam blogger