Senin, 23 Juli 2012

Dongeng: Thok Thok Ugel


Desa itu sangatlah asri, hamparan sawah menghijau di masa semi lepas panen bulan lalu.. kicauan burung prenjak di dahan dahan pohan lamtoro berirama bahagia pagi hari ini, para pendudukpun saling bertegur sapa kala bertemu di jalan menuju sawah ladang yang mereka kerjakan..

Aaah sungguh pagi yang indah….

Eits..!! sebentaar.. ternyata cerita ini tidak sampai disini saja..

Siapa sangka dalam damainya desa yang indah itu ada seorang raksasa yang tengah tertidur pulas di balik bukit. Dengkurnya keras memecah malam sunyi, meski mentari bersinar diapun enggan untuk beranjak dari pembaringan kerasnya. Sungguh sungguh raksasa pemalas.

Thok thok Ugel, itulah nama raksasa pemalas itu.. kerjanya setiap hari hanyalah mendengkur.. dengan gerak tidurnya yang menggetarkan tanah. Thok thok ugel sudah lama berdiam di desa itu, tak seorang pendudukpun yang tau dari mana asalnya, semula penduduk takut pada Thok thok ugel, orang-orang khawatir jika raksasa itu akan menghancurkan desa, akan tetapi mereka juga ngeri untuk mengusirnya.

Namun ternyata thok thok ugel bukanlah raksasa yang jahat, tidak pernah menganggu penduduk atau menakut nakuti orang, hanya saja dia amat malaaaaaaassss sekali.. setiap hari kerjanya hanyalah tidur di guanya di balik bukit mendengkur dengan keras dalam pulas tidurnya. Ia hanya terbangun jika perutnya lapar, kemudian beranjak dari pembaringannya menuju desa untuk meminta makan kepada penduduk..

Minggu pun berganti bulan, thok thok ugel masih keras mendengkur dan tak kunjung bangun, padahal biasanya seminggu sekali ia bangun dan mencari makan. Setalah lebih dari sebulan pun ia terbangun dengan perut kosong sangaat lapar. Ia ingin segera turun ke desa untuk makan sebanyak banyaknya.. ia lapar sekali

Sampai didesa ia pun bertemu dengan seorang petani baik hati yang biasa memberinya makan

“wahai pak tani yang baik hati.. perutku ini sungguh ingin di isi, aku melihat ladang cabaimu sedang berbuah banyak sekali, bolehkah aku memakannya? ” pinta thok thok ugel

“oalah gel gel.. kamu lapar toh.. ya sudah silahkan, makan saja secukupnya.. ingat jangan terlalu banyak.. cabai itu bisa membuatmu kepedasan” jawab pak tani

“terima kasih pak tani, aku akan ingat ingat” janji thok thok ugel

Karena sangat lapar, raksasa itupun makan dengan lahapnya.. makan makan dan makan terus. Ia sudah lupa dengan janjinya paka pak tani. Hampir separuh ladang besar dihabiskannya, dia hanya ingin makan sampai puas. Tak lama kemudian bibirnya terasa panas sekali, rasa pedas cabe itu mulai ia rasakan, thok thok ugel pun bingung bukan kepalang.. mulutnya berasa terbakar.. ia pun loncat loncat gelagapan karena pedas dan berlari mencari air.

“hadooooh panaaass… air, dimana air?” teriaknya sambil menangis kepedasan

“di bendugan banyak air gel, minumlah disana” jawab bu tani

"ah iya.. aku mau minum…” jawabnya girang

“tapi jangan dihabiskan gel, nanti bendungannya kering, tak ada lagi air buat sawah sawah penduduk” teriak bu tani  pada raksasa itu

Namun thok thok ugel sudah berlari tanpa memperhatikan ucapan bu tani.

Sampai di bendungan, ia seperti menemukan air di tengah gurun pasir.. dia minum banyak banyak dan tak peduli dengan apapun. Hingga tanpa terasa air bendungan itu pun habis dan kering. Air satu bendungan besarpun berpindah ke perut raksasa itu. Karena banyaknya cabai yang ia makan tadi ditambah air satu bendungan yang ia minum, thok thok ugelpun ambruk tak dapat berdiri. Perutnya besar berisi air dan cabai, dia hampir pingsan kelenger kabanyakan makan dan minum. Para penduduk hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah pola thok thok ugel.

“Ooalaaah gel, sudah di beri tahu tadi kok yo ndak manut.. ndak nurut, sekarang bagaimana kamu itu” kata bu tani

Thok thok ugel pun sdh tak berdaya untuk sekedar menjawab, ia hanya bisa mendengar  dan menyesali perbuatannya..

Tak seberapa lama datanglah seekor kepiting danau, dia berjalan mengelilingi thok thok ugel dan berhenti di atasnya. Setelah itu kepiting itupun mencapit perut tho thol ugel yang buncit sebesar bukit.

“Duaaarrrr…!!!!!!!” perut thok thok ugel meledak melngeluarkan air bendungan seisinya, dan tamatlah riwayat thok thok ugel

Semua penduduk hanya bisa terdiam dan prihatin, sebagai pengingat atas sifat makhluk Tuhan yang seharusnya bersyukur dan menikmati pemberianNya dengan sewajarnya dan tidak berlebihan. Makan minum secukupnya, tidak rakus dan selalu berbagi kebaikan dengan sesama.. 
(banyu pertiwi)

2 komentar:

  1. Bagus fiksinya Rind...
    semangat! terus berkarya. salam blogger!

    BalasHapus
  2. trima kasih danang, baru sadar kalo ada comment :D
    iya semangat!!! mari kita terus berkarya :D salam blogger

    BalasHapus